Analisis Lingkungan Ekonomi Provider PT XL Axiata Tbk


Analisis Lingkungan Ekonomi
Provider PT XL Axiata Tbk




Lingkungan Ekonomi, PT XL Axiata,






KELOMPOK 2
Nama:

1.      Muhammad Alif Maghriby
2.      Adellia Putri Yurista
3.      Diana Dayanti
4.      Dien Yughni Akhmadi
5.      Putri Ellen
6.      Fakhira Nendrawati S
7.      Naifah Nuraulia
8.      Mohamad Nur Faizi





PROFIL PERUSAHAAN PROVIDER
PT XL Axiata Tbk
(sebelumnya bernama PT Excelcomindo Pratama Tbk) atau disingkat XL adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia.[3] XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia. Pada 16 November 2009, RUPSLB XL menetapkan perubahan nama perusahaan dari PT Excelcomindo Pratama Tbk. menjadi PT XL Axiata Tbk.

1.      Analisis Dalam Aspek Sosial
Operator kedua terbesar di Indonesia, PT XL Axiata Tbk (XL), terus  ikut serta dalam mendukung usaha-usaha masyarakat memperbaikan kondisi sosial dan lingkungan hidup. Komitmen tersebut antara lain diwujudkan melalui kerjasama dengan 18 yayasan/lembaga sosial dalam program "Xmartdonasi".
Program ini merupakan sebuah program penggalangan dana sosial masyarakat, terutama pelanggan XL, dengan memanfaatkan layanan SMS dan UMB. Dana yang terkumpul selanjutnya akan disalurkan melalui lembaga ke-18 lembaga sosial yang tergabung dalam kerjasama ini, untuk berbagai kegiatan sosial.
Penandatanganan kerjasama dilakukan oleh Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi bersama perwakilan masing-masing lembaga, di Jakarta, Senin (10/11).
"Sebagai penyedia layanan telekomunikasi, XL memiliki kemampuan untuk mempermudah pelanggan dan masyarakat maupun lembaga sosial dalam hal pengumpulan dana bagi kegiatan sosial. Selain itu dengan jumlah pelanggan XL sebanyak 58.3 juta akan mempermudah yayasan-yayasan sosial untuk bisa menggalang dana," kata Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi, di Jakarta, Senin (10/11).
Ke-18 lembaga tersebut adalah Rumah Wakaf Indonesia (RWI), PKPU, GNOTA, Masyarakat Ternak Nusantara (MTN), Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Aksi Cepat tanggap (ACT), Dompet Dhuafa, Sahabat Anak, Putra Sampoerna Foundation, Wahana Visi Indonesia (WVI), Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), Yatim Mandiri, Yayasan Obor Berkat Indonesia, WWF, Karya Salemba Empat, Yayasan Cipta Taruna Madani, Yayasan Bakti Putri Pertiwi, dan Yayasan Anur.


2.      Analisis Dalam Aspek Teknologi

Dalam upaya mengurangi emisi karbon dan pemanasan global, kalangan korporasi dituntut ikut berperan. Salah satunya dengan menerapkan praktik green ICT. Don’t let your old gadgets go in the dumpster! Begitulah seruan kalangan pencinta lingkungan sejalan dengan meningkatnya volume limbah elektronik (e-waste) yang dihasilkan sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Akibat dari e-waste ini adalah meningkatnya emisi karbon (CO2) dan pemanasan global.
Menurut Gartner, diperkirakan pembuatan, penggunaan dan pembuangan peralatan ICT memberikan kontribusi sekitar 2% dari emisi global CO2. Komponennya seperti limbah base transceiver station (BTS), telepon seluler, perangkat PSTN, televisi, radio, broadband dan narrowband. Hasil penelitian lainnya menyatakan sekitar setengah dari seluruh konsumsi energi ICT berasal dari peralatan kantor seperti PC, laptop, printer dan telepon.
Artinya, sekarang penerapan dan konsumsi ICT dituntut lebih ramah lingkungan, atau yang dikenal dengan istilah “green ICT”. “Green ICT merupakan bagian dari program global untuk mencapai pengembangan dunia yang sustainable dan pengurangan emisi karbon,” ujar Sumitro Roestam, konsultan TI dan Ketua Bidang Infrastruktur, Jasa dan Aplikasi Masyarakat Telematika Indonesia.
Bagaimana kondisi lingkungan ICT di Indonesia, dan upayanya ke arah green ICT? Menurut Sumitro, saat ini diperkirakan ada sekitar 70 juta PC, laptop dan netbook di Indonesia. “Yang merupakan e-waste ada sekitar 1 juta PC yang harus dibuang tahun 2010,” ujarnya. “Peningkatannya sebesar 25% per tahun.”
Salah satu perusahaan ICT yang mulai mempraktikkan green ICT adalah PT XL Axiata Tbk. (XL). Menurut Febriati Nadira, Group Head Corporate Communication XL, upaya ke arah green ICT di perusahaannya secara konkret mulai dilakukan pada 2009 melalui pencanangan gerakan XL Go Green. “Konsep green ICT di XL merujuk pada usaha ikut menyelamatkan bumi dari berbagai ancaman perusakan lingkungan dan pemanasan global melalui penerapan teknologi yang ramah lingkungan, hemat energi, dan penerapan daur ulang untuk berbagai perangkat yang jika dibuang akan bisa mencemari lingkungan,” papar wanita yang akrab disapa Ira ini.
Dijelaskan Dian Siswarini, Direktur Network XL, salah satu realisasi gerakan XL Go Green adalah penerapan BTS inovatif. Diklaimnya, saat ini ada beberapa jenis BTS inovatif yang dikembangkan XL yang sejalan dengan semangat Go Green.
Menurut Dian, XL juga telah memodernisasi teknologi BTS dan jaringan, sehingga mampu menekan konsumsi energi hingga 60%. Modernisasi jaringan yang dilakukan, seperti penggantian perangkat Radio Base Station (RBS) dan Base Station Controler (BSC) dengan perangkat yang lebih baru dari sisi penghematan penggunaan ruang, konsumsi daya dan teknologi yang mampu beradaptasi dengan evolusi penggunaan gadget untuk masa mendatang. Proses modernisasi ini melengkapi modernisasi jaringan sebelumnya yang menggunakan softswitch dan IP Transmission. “Perangkat-perangkat jaringan baru yang dipakai XL juga bersifat ramah lingkungan, konsumsi daya listrik lebih rendah, ukuran lebih kecil, dan mengadopsi konsep Single RAN, yang bisa menggabungkan beberapa tipe BTS menjadi satu BTS saja,” Dian menjelaskan dengan bersemangat.
Selain menghemat energi, langkah ramah lingkungan lain yang dilakukan XL dalam kaitan dengan pengoperasian BTS adalah merekondisi baterai yang rusak. Setelah direkondisi, baterai yang sudah rusak bisa kembali dipakai. Upaya rekondisi baterai rusak ini dilakukan karyawan XL, sehingga bisa menghemat biaya untuk pengadaan baterai baru dan mengurangi limbah baterai. Program rekondisi ini berjalan sejak 2007 di semua area operasi XL. “Kebijakan go green ini juga sejalan dengan kebijakan perusahaan dalam upaya terus melakukan efisiensi di semua bidang,” kata Ira.
Selain Green BTS, program go green lain yang telah dilakukan XL adalah peniadaan kertas untuk tagihan pelanggan XL PascaBayar (e-Billing). Melalui sistem e-Billing ini, pelanggan pascabayar XL akan mendapatkan pemberitahuan mengenai tagihan bulanannya melalui e-mail. Sistem e-Billing ini dilakukan sejak 2009.
Tak hanya itu, XL juga telah memperkenalkan penggunaan vocer reload pulsa dalam kertas secara minimal. XL juga merekayasa daur ulang air limbah dari area perkantoran di Jakarta dengan menggunakan STP Biotech. Melalui upaya daur ulang itu, limbah air dapat digunakan kembali sebagai air layak pakai, dengan kapasitas penghematan 5.000 liter/hari. “Kami juga telah melakukan paperless untuk penggunaan administrasi kantor, seperti slip gaji, buletin, form dan nota dinas,” ujar Ira. “Ke depan, XL akan semakin mengutamakan penggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk berbagai keperluan, terutama di network. XL juga telah memasukkan program lingkungan sebagai salah satu pilar program CSR,” tambahnya.


3.      Analisis Dalam Aspek Ekonomi
Kinerja perusahaan telekomunikasi hingga kuartal ketiga tahun 2016 menunjukkan angka yang sangat mencerahkan. Ada pertumbuhan laba dan pendapatan, sementara emiten yang sebelumnya memerah kinerjanya, kini sudah berbalik positif. Masifnya penggunaan data internet memberikan kontribusi besar pada peningkatan kinerja emiten sektor ini.
Laporan keuangan perusahaan telekomunikasi menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang cukup signifikan. Misalnya, pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) sebesar Rp86,18 triliun, dengan laba tahun berjalan mencapai Rp22,16 triliun. Jumlah pendapatan ini naik sebesar 13,8 persen jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp75,7 triliun. Perolehan ini sangat didukung oleh bisnis data, internet, dan IT yang meningkat dan memberikan kontribusi sebesar 37,7 persen terhadap total pendapatan Perseroan.
Telkomsel juga menangguk untung pada kuartal ketiga tahun 2016 ini. Ia berhasil meraih pendapatan sebesar Rp63,64 triliun atau naik 14,4 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp55,6 triliun. Laba bersih yang diraih Telkomsel hingga sembilan bulan pertama 2016 sebesar Rp21,02 triliun atau naik 27,3 persen dibandingkan periode sama tahun 2015 sebesar Rp16,51 triliun.
Sementara pendapatan Indosat Ooredoo pada kuartal ketiga tahun 2016 adalah Rp21,52 triliun, dengan laba tahun berjalan mencapai Rp845 miliar. Pendapatan ini lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2015, yaitu Rp19,58 triliun. Dalam laporan keuangan perusahaan tercatat, pada tahun 2015 Indosat Ooredoo membukukan rugi sebesar Rp1,16 triliun.
Sedangkan pendapatan XL Axiata pada kuartal ketiga tahun 2016 sebesar Rp16,137 triliun atau turun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015, yaitu Rp16,986 triliun. Namun, XL Axiata berhasil mencetak laba sebesar Rp160 miliar
sepanjang sembilan bulan pertama 2016, berbanding terbalik dengan kondisi merugi Rp507 miliar pada periode sama tahun lalu.
Dalam konteks ini, bisnis selular dari XL memasok pendapatan Rp15,31 triliun, disusul bisnis lainnya Rp825 miliar. Selain itu, pada kuartal ketiga tahun 2016 ini, pendapatan layanan tumbuh 2 persen QoQ, membalikkan tren penurunan yang terjadi selama 2 kuartal terakhir. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan data yang mampu mengimbangi penurunan pada pendapatan “legacy service" (Voice dan SMS), terutama karena substitusi layanan data.

4.      Analisis Dalam Aspek Industri

Competitors
pendapatan beberapa operator di Indoneia seperti, PT Indosat Tbk (ISAT) turun 26,78% pada semester I 2018 secara tahunan (YoY) disusul dengan induk usaha Telkomsel, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), yang mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 28,1% menjadi Rp 8,69 triliun.

Sedangkan PT XL Axiata Tbk (
EXCL) tercatat tumbuh tipis 1,03% pada periode yang sama menjadi Rp 11,04 triliun dibandingkan semester I tahun lalu senilai Rp 10,93 triliun.

(https://www.cnbcindonesia.com/market/20180825173114-17-30219/persaingan-ketat-xl-axiata-siapkan-aksi-terobosan
Substituts Product)

XL Go IZI adalah produk mobile broadband XL yang dikhususkan untuk digunakan pada perangkat MiFi yang bertujuan untuk mempermudah pengguna dengan skema isi pulsa langsung menjadi kuota.
Pelanggan bisa mendapatkan kuota 1GB dengan harga hanya Rp 5 Ribu. Kelebihan XL Go IZI lainnya, yaitu kuota datanya berlaku selamanya atau tak ada batas waktu, pelanggan hanya memastikan kartunya tetap aktif.
Supplier
XL Axiata memiliki beberapa mitra kerja supplier yang telah bekerja sama dengan XL Axiata. Untuk mewujudkan perusahaan dengan hasil kerja yang baik XL Axiata selalu melakukan koordinasi dengan para suppliernya. Supaya tidak terjadi kesalahan informasi dan komunikasi antara perusahaan dengan supplier.
XL Axiata memiliki mitra kerja dengan berbagai macam perusahaan, seperti:
Ericsson AB
Pengadaan peralatan jaringan dan berbagai jenis jasa jaringan yang terkait
PT Software Solutions Indonesia
Pengelolaan sistem penagihan dan manajemen pelanggan
PT Huawei Tech Investment
Penyediaan dan instalasi jaringan 3G
Hungarian Innovation System Limited Liability Company
Software license and maintenance agreement
PT Huawei Tech Investment
Pemeliharaan berbagai macam produk dan jasa & Pembelian dan pemasangan berbagai macam produk dan jasa
Celcom Mobile Sdn. Bhd.
Cooperation for voucher recharge and airtime transfer




Customers
Salah satu langkah strategis yang ditempuh PT XL Axiata Tbk untuk menjaga pertumbuhan di tahun 2019 adalah terus membangun jaringan data 4G LTE. Tahun ini, pembangunan semakin berfokus di luar Jawa. Dengan target yang relatif sama jumlahnya dengan yang dibangun di tahun 2018, mayoritas BTS termasuk BTS 4G/3G akan difokuskan di luar Jawa.
Sementara untuk jaringan backbone fiber optik yang saat ini sudah mencapai lebih dari 45 ribu km juga masih akan dibangun terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Hingga saat  ini, jaringan data XL Axiata telah menjangkau sekitar 440 kota/kabupaten di berbagai wilayah di Indonesia.
https://swa.co.id/swa/trends/pengguna-data-xl-axiata-capai-82-dari-total-pelanggan

Threat Of Entry
Tingginya ancaman siber saat ini, membuat XL Axiata memfokuskan diri untuk memiliki departemen Audit Internal dan Manajemen Risiko yang berfungsi untuk memastikan dan membantu manajemen XL Axiata terkait pengelolaan tata kelola perusahaan melalui kajian audit untuk memastikan bahwa pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam aktivitas operasional XL Axiata telah berjalan dengan efektif seperti yang direncanakan.
\XL Axiata melakukan Teknik Penilaian Diri Atas Risiko dan Pengendalian (“RCSA”), di mana pemilik risiko (pemilik usaha) mengidentifikasi risiko yang mungkin berdampak pada tujuan bisnis mereka, dan memberikan rencana mitigasi untuk mencegah atau mengendalikan risiko," katanya.

5.      Analisis Dalam Aspek Politik

Banyak faktor yang mendukung kenaikan kinerja perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah hiruk-pikuk politik menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada Februari 2017. Kehebohan para pendukung dan pembenci yang memanfaatkan media sosial membawa berkah tersendiri sehingga mengerek kinerja perusahaan telekomunikasi.

Analis dari Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza mengatakan, hingga awal tahun depan, saham-saham sektor komunikasi masih sangat layak untuk dibeli. Ia memprediksi, kinerja perusahaan sektor telekomunikasi akan baik seiring dengan momentum pilkada serentak dan musim    liburan akhir    tahun   yang    hamper            berbarengan.

Dalam momentum ini, orang-orang akan semakin aktif berkomunikasi atau saling berkirim pesan baik dengan cara konvensional ataupun dengan menggunakan jaringan data. Hal ini akan membuat penggunaan data telepon pintar akan meningkat cukup tajam. Apalagi tren dunia saat ini semakin aktif menggunakan smartphone dan data, sehingga profitabilitas perusahaan di sector      telekomunikasi akan semakin bagus.

Bahana Securities juga merekomendasikan beli untuk saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM), saham Indosat (ISAT) dan saham XL Axiata (EXCL). Rekomendasi ini sangat beralasan karena Bahana memperkirakan akhir tahun ini, laba bersih TLKM akan naik sekitar 30 persen menjadi Rp20,06 triliun dari periode akhir tahun 2015 sebesar Rp15,49 triliun. Pada tahun 2017, laba Telkom diperkirakan naik sekitar 14 persen secara tahunan. Karena itu, Leonardo merekomendasikan beli untuk saham TLKM dengan target price Rp 5.000.

Rekomendasi beli juga diberikan untuk ISAT dengan target priceRp8.500 dan EXCL dengan target price Rp3.000. Hal ini dikerenakan rencana penurunan tarif interkoneksi di sektor telekomunikasi, akan memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan ISAT dan EXCL karena perusahaan-perusahaan ini akan membayar tarif interkoneksi yang lebih murah. Bila keputusan penurunan tarif interkoneksi sudah final dan dijalankan, diperkirakan ISAT dan EXCL akan menurunkan tarif untuk meningkatkan market share mereka di pasar.


“Rencana pemerintah mengeluarkan aturan baru mengenai network sharing juga akan menguntungkan Indosat dan XL karena jika network sharing diizinkan, maka ekspansi kedua perusahaan ini ke luar pulau Jawa akan semakin murah dan feasible,” ujarnya.

Karena itu, Bahana Securities memperkirakan ISAT akan membukukan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun pada akhir tahun ini, naik cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang membukukan rugi sebesar Rp1,31 triliun. Dengan berbagai kebijakan dan kondisi yang menguntungkan ISAT, laba bersih diperkirakan akan naik hampir dua kali lipat pada 2017 menjadi        Rp2,05triliun.

Sementara itu, EXCL diperkirakan akan membukukan rugi bersih sebesar Rp247 miliar pada akhir tahun ini, naik dibandingkan tahun lalu yang membukukan rugi sebesar Rp25 miliar. Pasalnya, beberapa pos beban mengalami kenaikan seperti beban pegawai dan marketing, sementara itu pendapatan menurun. Namun, dengan berbagai kebijakan dan kondisi yang menguntungkan, EXCL diperkirakan akan membukukan laba bersih sebesar Rp345 miliar pada 2017.

(sumber: https://tirto.id/perusahaan-yang-untung-di-tengah-gaduh-politik-b92z)

Post a Comment

0 Comments