Makalah Manusia Menurut Islam


MAKALAH

MANUSIA MENURUT ISLAM


KELOMPOK 1

                     1.      Muhammad Alif Maghriby (1401194010)
                     2.      Mohamad Nur Faizi            (1401194047)
                     3.      Shafira R Kuswandi            (1401190309)
                     4.      Atika Aini                            (1401191176)
                     5.      Alfia Ratu Sa’idah               (1401190418)
                     6.      Rafi Zidan Syahputra           (1401192594)



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tidak terlepas dari sejarahnya manusia, menurut dunia barat manusia merupakan nenek moyang dari monyet/kera dan semacamnya. Namun jika dari kacamata Islam sendiri manusia adalah nenek moyang dari Adam dan Hawa yang mana mereka berdua-lah manusia pertama yang turun ke bumi. Karena itu kita sebagai umat islam harus mengetahui sejarah manusia menurut kacamata Islam dan darimana manusia berasal hingga untuk apa manusia itu diciptakan dan hidup di bumi ini.B.    Rumusan Masalah
1.      Siapakah yang menciptakan manusia?
2.      Dari apa manusia diciptakan?
3.      Bagaimana proses penciptaan manusia?
4.      Untuk apa manusia diciptakan?

BAB IIPEMBAHASAN
1.      Pengertian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik diantara makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat dari strukturnya yang lengkap terdiri bukan hanya unsur jasmaniah (fisiologis) namun juga rohaniah (psikologis). Dari sekian banyak perangkat jasadiah (jasmaniah) yang dimiliki manusia, terdapat tiga perangkat yang dianggap sebagai perangkat utama, yaitu: telinga yang dengannya ia mampu mendengar, mata yang dengannya ia mampu melihat, dan hati yang dengannya ia mampu berpikir, bahkan memahami ma’rifat. Kesatuan (unity) antara unsur jasmaniah (fisiologis) dengan unsur rohaniah (psikologis) yang kemudia membuat “manusia” terwujud sebagai makhluk paling sempurna.
Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali manusia merupakan ciptaan Tuhan yang unik. Dari zaman klasik, manusia selalu dijadikan subyek studi dan hal ini tetap berlangsung sampai sekarang. Dari berbagai penelitian, ragam sebutan tentang manusia pun muncul seperti homo sapien (manusia berakal), homo economicus (manusia ekonomi), zoon politicon (manusia politik), dll. Alquran tidak memperkenalkan istilah-istilah di atas. Namun bukan berarti Alquran tidak memberikan pengertian tentang manusia. Bagi Alquran, manusia adalah makhluk yang paling sempurna (Qs. At-Tin : 4). Akan tetapi derajat kesempurnaan itu akan runtuh bila manusia tidak menggunakan akal budi, jiwa, raga, dan panca indera yang dianugerahi-Nya. Dalam Alquran surah Al-A’raf: 179, Allah SWT. Berfirman,

 “mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah SWT.), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah SWT.). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang.”
Pandangan tentang manusia bukan hanya punya relevansi teoritis, namun punya implikasi praktis. Dalam ilmu social, setiap teori bersumber dari sebuah pandangan filsafat mengenai manusia. Bentuk pandangan mengenai manusia pun akan memengaruhi sikap kita sebagai makhluk social, yakni bagaimana menyikapi orang lain serta bagaimana membangun pola relasi. Dari itu mempelajari pengertian manusia dari berbagai ahli menjadi hal yang sangat penting.


1.      D.D. Mulder
“manusia merupakan makhluk yang berakal; akallah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia dengan binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan.”
2.      Gabriel Marcel
“manusia adalah makhluk yang selalu ingin, dan tidak pernah merasa puas dengan maksudnya, dan ia selalu ada dalam perjalanan menuju suatu hal.”
3.      Aristoteles
“manusia adalah hewan berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikiran.”
Selanjutnya jika kita mencermati pengertian manusia yang telah dikemukakan oleh para pemikir di atas, maka Nampak secara nyata ada beberapa kelemahan atau kekurangan pada diri manusia sebagai makhluk. Kelemahan itu diakibatkan sebagai suatu ketergesaan dari diri manusia dalam menyimpulkan dirinya sendiri, sehingga definisi-definisi yang ada tentang manusia tersebut tidak memuaskan akal dan jiwanya. Bahkan definisi yang ada itu cenderung merendahkan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Berangkat dari penjelasan dan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa:
1.      Manusia merupakan makhluk yang sejenis dengan hewan
2.      Manusia punya karakter tertentu yang membedakan dengan hewan lainnya.
Dilihat dari aspek jasmaniah, perbedaan antara manusia dengan hewan adalah mendasar dan asasi. Keistimewaan rohaniah manusia dibandingkan dengan hewan terlihat dengan kenyataan, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir, berpolitik, berbudaya, beragama, memiliki norma dan tukang bertanya human curiousity.
Adapun Alquran sebagai acuan dasar dan rujukan utama yang wajib dijadikan sebagai petunjuk untuk membangun suatu pemahaman tentang manusia. Terdapat tiga istilah yang digunakan Alquran mengenai arti manusia:1.      Insan, kata ini merupakan jamak dari kata al-nas. Kata insan punya tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang berarti “melihat, mengetahui, dan minta izin.” Semua ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran. Yang kedua berasal dari kata nisaya yang artinya lupa dan menunjukkan adanya kaitan dengan kesadaran diri. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak, lawan dari kata buas, mengandung arti bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat hidup berdampingan dan dapat dipelihara.
2.      Basyar, istilah basyar digunakan untuk menyebut pada semua makhluk, mampunyai pengertian adanya persamaan umum yang selalu menjadi ciri pokok. Ciri pokok itu adalah kenyataan lahiriahnya yang menempati ruang dan waktu, serta terikat oleh hokum-hukum alamnya. Manusia dalam pengertian basyar adalah manusia seperti yang tampak pada lahiriahnya, mempunyai bangunan tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang ada di ala mini, dan oleh pertambahan usianya, kondisi tubuhnya akan menurun menjadi tua dan akhirnya ajal pun menjemputnya.
3.      Bani Adam, menunjukkan asal-usul kejadian manusia, yaitu dari Adam. Dia memuliakan anak-anak Adam dengan memberi mereka akal, bias berbicara, bias menulis, bias membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bentuk tubuh yang baik, bias berdiri tegak serta bias mengatur kehidupan, baik sekarang di dunia maupun untuk nanti di akhirat.

2.  PROSES PENCIPTAAN MANUSIA          
            Pada awalanya Allah SWT. Menciptakan Adama AS dari tanah dan kemudian ditiupkan ruhnya, lalu nabi Adam AS menjadi hidup mampu mengingat, berfikir, berkehendak, merasa, berangan-angan, menilai, dan menentukan pilihan. Dari kejadian ini menginsyaratkan bahwa ruh dan jiwa merupakan dimensi-dimensi yang bebeda sekalipun keduanya tak dapat terpisahkan selagi manusia masih hidup. Ali Syari’ati dalam sebuah bukunya menyebutkan bahwa ruh yang ditiup Allah kepada Adam adalah The Sprirt of God.
             Dengan demikian manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu materi dan imateri. Tubuh manusia bersifat materi yang berasal dari tanah, sedangkan ruh berasal dari subtansi immaterial di alam ghaib. Proses kejadian manusia ini disebut secara jelas di dalam al quran dan telah dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengettahuan modern.             Al quran menjelaskan asal usul manusia pertama (pencipta Adam) dari tanah dengan menggunakan berbagai macam istilah seperti, turab (debu), thin (tanah), nin sulalatin min thin (sari pati tanah), ilizib (tanah liat), shalshal min hamain masnuun (tanah kering yang berasal dari lumpur yang diberi bentuk), dan ‘andhun (bumi)’ sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al Mu’min 23 ayat 12 - 16 {وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14 ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)
             Dari ayat-ayat tersebut kita memperoleh informasi bahwa a. Manusia diciptakan langsung dari tanah b. Keturunannya diciptakan melalui proses yang berasal dari sari pati tanah (air mani) dan c. setelah sempurna kemudia manusia hiduonya di dunia, mati dan dibangkitkan dari alam kubur dan kembali hidup di akhirat
 Selanjutnya mengenai unsur tanah dan ruh illahi  seakan akan merupakan kutub – kutub yang berlawanan , tanah adalah unsur yang bersifat fisik, statis, mati, dan letaknya dibawah sedangkan ruh illahi sifatnya metafisik (ghaib), dinamis, menghidupkan dan letaknya ada di atas. Unsur tanah melambangkan jasmani sedangkan ruh illahi adalh unsur rohani manusia yang keduanya berbeda tetapi tidak dapat terpisahkan selama manusia hidup.
3. TUGAS, FUNGSI DAN PERAN MANUSIA
Karena kita telah menerima dan meyakini sebagai hamba Allah yang berkewajiban ibadah, maka Allah memberikan memberikan tuntunan bagaimana cara merealisasikannya dengan benar sesuai kehendak-Nya. 1        Manusia adalah hamba Allah yang wajib beribadah, ibadah adalah kewajiban makhluk kepada sang Khaliq, ini adalah jalan satu-satunya menggapai ridhanya sekaligus untuk membuktikan status sebagai hamba. Ibadah dalam artian kita hanya menyembah Allah degan tidak mempersekutukannya dengan apapun (tidak syirik).a.       Makna dan Ruang Lingkup IbadahSeperti yang kita ketahui bahwa setiap aktivitas kita akan dimintai pertanggungjawabannya, maka sudah selayaknya kita memaksimalkan seluruh potensi (akal, jasad, dan jiwa) serta meniatkannya dan setiap aktivitas hidup kita semata-mata dalam rangka ibadah kepada Allah. Ibadah bukan hanya ritual dalam artian shalat wajib, zakat, sedekah, infaq, puasa, membaca al-Quran, shalawat, haji, dan sebagainya, akan tetapi ibadah melingkupi seluruh aspek hidup dan kehidupan kita baik sebagai individu maupun dalam hal bermasyarakat
b.      RealisasiIbadah sebagaimana di awal telah diterangkan bahwa ibadah adalah perintah Allah kepada kita. Kita tidak bias mengada-ada (bid’ah) atau berinisiatif. Ibadah hanya benar bila sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang benar, yakni al-Quran.
2        Fungsi Kekhalifahan Manusia‘Abid atau hamba adalah jabatan tertinggi yang disematkan Allah kepada manusia. jabatan hamba disini bisa juga bermakna pembantu, ajudan, mandataris, atau dengan kata lain wakil. Dengan demikian, sebagai hamba Allah, manusia berkewajiban mewakili “keberadaan” Allah di muka bumi.
 3        Peran Pengemban Amanah AllahDalam rangka memenuhi tanggung jawab sebagai khalifah, menusia diberikan amanah. Peran manusia adalah sebagai pengemban amanah dari Allah, yaitu mengelola atau memaksimalkan sumber daya yang tersedia di alam untuk kepentingan penghambaan seluruh manusia kepada Allah dalam setiap individu manusia dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, keadilan Allah di muka bumi dapat terwujud.

 4. MANUSIA DARI ALAM KE ALAMPerjalanan hidup manusia sebenarny sudah terperinci. Semua awal kehidupan dimulai dari alam ruh, lalu kehidupan dunia, dan berakhr di surga atau neraka.
Ruh manusia itu berasal dari alam arwah (alam yang hakikatnya tidak dapat diketahui oleh manusia di mana tempatnya), sedangkan jasmani berasal dari tanah. Setelah keduanya digabung menjadi satu, manusia dimasukkan ke alam yang kedua yaitu alam rahim (alam kandungan). Sebelum dilahirkan, manusia melakukan perjanjian dengan Allah SWT. Jika manusia menyanggupi, maka ia akan lahir dan hidup di dunia, namun jika tidak, Allah tidak akan menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi. Setelah terlahir dari perut ibunya, manusia memasuki alam ketiga yaitu alam dunia (alam fana). Di alam dunia ini manusia akan tinggal untuk sementara sesuai dengan jatah umur yang diberikan Allah SWT.
Allah SWT. berfirman :
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَArab-Latin: A wa lam yatafakkarụ fī anfusihim, mā khalaqallāhus-samāwāti wal-arḍa wa mā bainahumā illā bil-ḥaqqi wa ajalim musammā, wa inna kaṡīram minan-nāsi biliqā`i rabbihim lakāfirụnTerjemah Arti: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar-Rum:8)
Kemudian setelah manusia mati, baik secara husnul khatimah maupun suul khatimah, ia akan memasuki alam keempat, yaitu alam kubur (alam barzakh). Di alam keempat ini manusia akan tinggal sampai hari kiamat atau hari kebangkitan (yaumul ba’ts) tiba. Setelah dibangkitkan kembali, manusia akan memasuki alam kelima yaitu Padang Mahsyar. Dan di Padang Mahsyar inilah semua manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Nabi yang mulia Saw bersabda:
القبرُ امّا روضةُ من ریاض الجنّة او حفرة من حُفَر النار
Kuburan (barzah) adalah kebun dari kebun-kebunnya surga atau jurang dari jurang-jurangnya neraka.
Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منهAku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’Apabila ia berbuat baik selama hidupnya, maka surgalah bagiannya, dan apabila selama hidupnya banyak berbuat maksiat, maka nerakalah yang akan menjadi tempat kedudukannya. Surga dan neraka adalah alam yang keenam setelah alam Mahsyar.
Allah berfirman tentang neraka,إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا(21 ) لِلطَّاغِينَ مَآبًا (22 )Sesungguhnya neraka Jahanam itu ada tempat pengintaian. Sungguh neraka Jahanam itu menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang melampaui batas” (QS. An Naba’: 21-22).Tentang surga, Allah ‘azzawajalla berfirman,وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَDan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran : 133).

BAB III
PENUTUP A.    KesimpulanManusia diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan – larangannya, seperti beribadah kepada Allah SWT, berbagi cinta dan kasih kepada sesama makhluk-Nya. Sebagai makhluk yang sempurna dimata Allah SWT, hendaknya manusia selalu mengingat Allah di setiap hembusan nafasnya.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung : ED Write Publishing
2.      Kosim, Abdul. 2018. Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA3.      Telkom Polytechnic, Agama Islam 

Post a Comment

0 Comments